Monday, October 10, 2011

Daun yg jatuh..


…biarlah seperti daun yang jatuh.. biarlah seperti daun yg jatuh, yg tidak akan pernah membenci angin meski terpisahkan dari tangkainya…
Ini hukum alam, daun-daun akan berguguran tiada lain sebabnya adalah kerana angin yang berhembus dan menggoyahkan pautannya pada pohon. Namun mengapa mereka tidak menyalahkan angin itu? Karena mereka tahu, pada dasarnya tubuh mereka memang sudah lemah, dimamah usia, dilapah waktu. Mereka yang berguguran adalah mereka yang sudah mencapai batas waktunya.
Adakah mereka menyesal? Ternyata tidak sama sekali. Kerana mereka sedar dan pasti, bahawa takdir kehidupan di atas pohon hanya sampai pada waktu itu saja. Waktu dimana sang angin berhembus dan membawa mereka berjatuhan di atas tanah.
Kalau daun itu ingin memberikan toleransi pada ego mereka, banyak hal yang dapat dilakukan, seperti menghakimi batang yang tidak memegangnya erat sehingga akhirnya terlepas kerana hembusan angin, atau mungkin meminta akar untuk tidak menyerap apapun dari tanah sehingga pohon itu tidak akan bertambah tua, dan daun-daun itu akan tetap kuat tanpa harus menjadi rapuh. Banyak hal yang dapat daun lakukan, sebelum dia menunjuk pada dirinya sendiri.
Tapi ternyata daun-daun itu memilih jalannya, untuk tidak melibatkan banyak pihak, pada takdir yang memang harus dirasakannya, yang menjadi corak kehidupannya.
Berhentikah mereka sampai disitu? Ternyata tidak. Saat mereka berguguran diatas tanah, mereka tahu bahwa mereka akan dikumpulkan dengan saudaranya yang lain, kemudian dicampurkan dengan sisa pembuangan lainnya. Tapi mereka berkumpul bukan untuk menjadi parasit bagi ekosistem kehidupan, namun menjadi sumber  pertumbuhan daun-daun yang baru. Mereka tahu bahawa akhir hayatnya akan ditutup dengan memberikan manfaat.
Lalu untuk apa mereka menyalahkan angin, jika ternyata ialah yang mengantarkan mereka pada akhir yang membahagiakan?
Meski itulah takdir yang harus di tempuhi oleh mereka, tapi ternyata tidak menjadi buruk diakhirnya. Mungkin daun-daun itu pernah berpikir bahawa keberadaan mereka di atas pohon sangat bermanfaat untuk menciptakan oksigen yang diperlukan bagi seluruh makhluk hidup di bumi ini, dan jika mereka gugur, maka gugurlah manfaat itu. Tapi ternyata senarioNya tidak berhenti sampai disitu. Ada yang lebih indah menanti mereka di depan sana. Hanya perlu pasrah dan bertawakkal, terhadap janjiNya yang selalu pasti.
Apa yang akan terjadi jika daun-daun itu menyalahkan angin? Tentu ia hanya akan meratapi diri, tenggelam dalam kesedihan dan merasa malu terhadap keadaan. Ia bersembunyi dibalik telunjuknya terhadap angin. Berkoyar-koyar kesana kemari, mencanang cerita bahawa anginlah yang menyebabkan kehidupannya berakhir dan menderita tanpa menjadi bermanfaat lagi bagi ekosistem kehidupan.
pepatah berkata " saat satu jari telunjuk diarahkan pada orang lain, maka empat jari lainnya mengarah pada diri kita sendiri."
Mungkin daun-daun itu memahami benar makna dari pepatah tersebut. Ia sadar bahwa dengan menyalahkan angin, ia tidak akan mendapatkan keuntungan apapun. Ia tetap akan dipandang sebagai daun yang gugur, tidak dapat berfotosintesis, dan hanya mengotori tanah. Namun ia mampu bangkit menatap masa depan, mereka memiliki harapan dengan berpikir positif terhadap takdir yang disuratkan olehNya. Kerana mereka yakin bahawa di setiap kejadian pasti akan ada hikmahnya, termasuk gugurnya mereka diatas tanah. Mereka mencari dan terus mencari sehingga akhirnya menemukan hikmah yang tersembunyi disebalik takdir itu.
Tak ada kesedihan untuk menatap kehidupan setelah hembusan angin yang menyebabkan mereka gugur, kerana mereka tahu apa yang harus dilakukan. Tidak lagi bergantung pada batang, memohon pada akar, ataupun menyalahkan angin. Mereka hidup dengan penuh optimisme, yakin bahawa garis kehidupan mereka sudah dipersiapkan dengan sangat indah oleh Maha PenciptaNya. Hanya perlu bersabar, dan terus berusaha untuk menemukan babak yang diinginkannya, tanpa harus mengeluh ataupun menyalahkan keadaan.
Karena setiap makhlukNya yang terlahir ke dunia, tak lepas dari puzzle-puzzle yang terpisah, yang meminta dirungkai untuk menemukan kebahagiaan yang hakiki. Hanya perlu kembali menunjuk pada diri sendiri, seberapa kuatkah kita untuk berpegang teguh pada agamaNya?
Hebat kita mencorak kehidupan,namun sesungguhnya hidup tak pernah mencorak apa-apa utk kita..kerana Maha memiliki corak kehidupan ini adalah Maha Segala Sesuatu.






p/s: janji akan ku simpan daun yg telah kau berikan..

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...